Langsung ke konten utama

Tau gak, jadi DEWASA itu Menyebalkan?

Seiring bertambahnya usia, ada satu momen yang pengen banget gue skip, salah satunya adalah menjadi dewasa. Growing up is the most complicated situation ever, hal paling challenging yang kebanyakan berakhir dengan keputusasaan, karena manusia sarangnya overthinking akan harapan. 


Ribet, butuh usaha, butuh kerja keras, butuh pengorbanan, butuh bertahan hidup, butuh banyak sekali hal yang kadang kita kasih, baik yang bisa atau bahkan dipaksa untuk melewati ranah kemampuan kita. Semata-mata dengan alasan karena sudah dewasa. 


Ehh iyaa, tapi postingan ini bukan untuk mengajak para pembaca berfikir bahwa menjadi dewasa itu sangat menyebalkan. Jangan buru-buru menyimpulkan dulu, sebagian besar orang-orang yang sudah lebih dahulu merasakan asinnya garam akan mengatakan :

"Jangan cepet-cepet menjadi dewasa deh"

Itu kalimat yang sering banget gue dengar ketika masih berusia remaja, sekarang gue sedikit paham dengan kalimat itu. Beda orang beda menerjemahkan yaa.

Semua kembali kepada bagaimana kita mengatur harapan dan ekspektasi pada keadaan. Gue rasa pandai-pandai menentukan pilihan hidup bisa membuat kita tidak kecewa-kecewa amat, jika keadaan tidak sesuai dengan yang sudah kita rencanakan sebelumnya.


Menyebalkan untuk gue, bisa jadi menyenangkan bagi orang lain. Minimal walaupun menyebalkan, menjadi dewasa adalah sumber pembelajaran dalam hidup. Hidup ini pointless, jadi diisi aja sama hal-hal yang membuat hidup kita berarti, misalnya, dengan... ya sebal sama namanya menjadi Dewasa. Gwenchana, gwenchana yoo...


Note : Thanks, udah baca tulisan random yang udah lama banget gak up, tiba-tiba nongol 🤭 moga bermanfaat ya... See you and bye...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wibu & K-Pop??

Wibu :) × K-Pop :D Welcome back to tulisan random, entah udah berapa banyak bacotan gue yang sungguh tidak berfaedah sama sekali :D tapi ya tapi..., gue harap ada beberapa tulisan yang bisa dijadikan motivasi yakss... Hari ini gue pengen share satu hal yang menurut gue pribadi, gak terlalu serius tapi bisa jadi serius sih...  (sejak kapan gue bisa serius)  Sebelumnya gue pernah bahas topik ini di salah satu platform media tulisan yang menjadi korban kerandoman gue. Dan di sana kalian bisa melihat sejarah, (apasih, sumpeh gaje banget gue) kenapa gue bisa masuk ke dunia fantasi yang menurut "sebagian orang" itu sesuatu yang abnormal, yang dibilang tukang "nge-halu" akan suatu hal yang tidak akan pernah bisa digapai.  (Kalo bisa digapai mah, gue bakal viral dong).   Baiklah gaes, tanpa berbasa-basi yang nantinya mengundang perdebatan sengit. Sebelum itu disclaimer dulu yee, gue cuma mau meluapkan aja, apa yang menjadi keresahan gue tentang stigma "Wibu &

Surat Cinta (Kepada) Diri Sendiri

Halo, Serli. Gimana nih kabarnya? biasanya kamu petangtang-tengteng, sekarang kok lebih banyak diem? Gampang nangis, gampang baperan. Kebanyakan mikir yang gak seharusnya dipikirkan, diajak ngomong malah bengong kek orang kesambet. Terus akhir-akhir ini jadi lebih suka nyetel lagu-lagu sedih dan nonton film yang bikin perasaan tambah amburadul.   Iya, paham. Lagi di masa itu kan? Lagi di masa yang penuh tanda tanya, rasa gagal dan kalah. Kehidupan gak jelas, percintaan gak jelas, mau apa kedepannya gak jelas, semuanya serba gak jelas, merasa hidup ini gak tentu arah. Satu-satunya yang jelas cuma kenyataan kalau hidup ini lagi di fase yang gak jelas.   Walaupun katamu "kalo bisa diselesaikan sendiri, kenapa harus ngerepotin orang?" , Tapi ya, gak apa-apa kalau mau berbagi dengan orang lain. Udah coba curhat ke teman-teman kan? Ehh tapi jangan kebanyakan cerita-cerita ya, kadang cerita ke orang-orang tuh gak bikin perasaan lebih lega. Banyak dari mereka yang nanya "kamu ke

Cerita Pendek (Delusi)

Sebenarnya, aku sudah terlalu lelah terus menerus mendengarkan kebisingan itu. Manusia juga butuh istirahat, aku pun sama, butuh untuk tidak memikirkan hal-hal yang membuatku kelelahan. Terkadang tanpa tidak sengaja, aku sedikit keceplosan, namun itu tidak mengubah kisah ini menjadi lebih baik. Ahh, entah bagaimana memulainya, semua berjalan begitu saja. Baik ibu, adik maupun tetangga yang mulai berisik akhir-akhir ini, sebenarnya... aku tidak begitu ingat. Ya, lebih tepatnya aku tidak ingin mengingatnya. Bukankah menyedihkan harus memaksa diri untuk melupakan hal semacam itu. Tetapi aku baru sadar bahwa dibalik kata "Melupakan" akan ada luka yang sulit untuk disembuhkan. Mungkin benar kata pepatah, "Menerima dengan hati yang ikhlas lebih baik daripada melupakan." dan hal semacam itu benar adanya, bahwa aku harus tau cara menerima ini semua. Tidak apa-apa, aku akan tetap menceritakannya karena kamu pun belum pernah mendengar kisah ini. Tapi, sepertinya ini akan me