Langsung ke konten utama

ShareYuk (The School for Good and Evil)

Hai teman-teman, woww akhirnya gue update lagi, sempat berpikir ingin menyudahi tulisan ShareYuk, kenapa? karena gue gak yakin bahwa ulasan gue tentang film ataupun movie yang selama ini gue tonton akan bermanfaat, apalagi tulisan gue cukup random dengan segala kekurangan kosa kata, tapi saat gue mencoba pasrah. Tiba-tiba aja, ada keinginan yang kuat untuk menulis dari apa yang gue dapet di film yang sedang gue tonton, awalnya cuma sekedar menuliskan hal-hal yang gue suka dan tidak suka dari film tersebut tapi akhirnya tulisan itu malah bersarang di draft catatan, kalau gue hapus, sayang banget gitu kan.

Apalagi menurut gue film ini cukup bagus, gue aja ngasih rating 8/10 karena dari segala aspek yang gue lihat emang sekeren itu, kek gue gak bisa berkata lagi dengan hasil dari film ini, walaupun film ini adaptasi dari sebuah novel tapi pemetaan setiap karakter dan kepribadian si tokoh sangat begitu rapih, fantasinya dapet banget sampe gue berpikir bakal bisa sekeren The Lord of The Rings, (ya...walaupun belum sepenuhnya :D) tetapi ceritanya bisa membuat Anda gue sesuka itu dengan film ini, so buat kalian yang pengen tau lebih jelas film apa yang gua maksud dan hal-hal apa aja yang akan gue ulas, boleh untuk lanjut membaca tulisan ini ya... Let's go..

(Disclaimer : Sebagai informasi kalau tulisan ini mengandung banyak sekali spoiler jadi yang tidak ingin terspoilerkan harap untuk menepi serta tidak melanjutkan membaca, terima kasih atas pengertiannya. Oke, gue lanjut ya untuk mereview).

Seperti biasa gue masih sesuka itu dengan menonton film atau movie yang menurut gue ceritanya epik parah, akan gue re-watch berulang kali sampe gue ngerasa puas (walaupun jujur sih, gak akan puas rasanya tuh pengen nonton terus :D) tapi akhir-akhir ini banyak banget list Drakor, anime, dan juga film baru yang pengen banget gue tonton, sampai akhirnya gue mendapatkan rekomendasi film baru dari salah satu teman, yang kebetulan suka banget nonton. Film ini berjudul The School for Good and Evil, yang tayang di Netflix pada Rabu (19/10/2022).

Film tersebut bergenre fantasi/drama yang emang gue banget, karena sejak gue menonton The Lord of The Rings dan Harry Potter ada space di hati gue untuk genre tersebut. Seperti ada perasaan senang yang muncul ketika gue selesai menonton, entah ini sesuatu yang baik atau tidak tapi sepengetahuan gue, selama itu bisa memberikan manfaat untuk diri gue, so fine-fine aja.

Film The School for Good and Evil disutradarai oleh Paul Feig dengan skenario yang ia tulis bersama dengan David Magee. Film ini dibintangi oleh pemeran ansambel yang dipimpin oleh Sophia Anne Caruso sebagai Sophie dan Sofia Wylie sebagai Agatha dan ada Charlize Theron. 

Cerita ini mengisahkan tentang sebuah sekolah sihir yang terbagi menjadi 2 yaitu kelas baik yang akan menjadi pahlawan dan kelas jahat yang akan menjadi penjahat. Tujuan dari terbentuknya sekolah ini adalah agar adanya keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan. Namun Rafal (Kit Young) salah satu penjaga dari kelas jahat tersebut merasa kurang puas dan ingin memiliki seutuhnya sekolah tersebut.

Di lain sisi ada 2 sahabat yaitu Sophie dan Agatha yang tinggal di sebuah desa bernama Galvadon. Mereka memiliki perbedaan yang sangat terlihat, seperti Agatha yang selalu di bully oleh teman-temannya karena tubuh dan penampilannya yang seperti penyihir, sedangkan Sophie berpenampilan cantik dengan rambut panjang dengan menggunakan gaun tapi itu semua tidak membuat Sophie merasa takut atau tidak ingin bersama dengan Agatha. Sampai di suatu hari ketika Sophie mendengar kisah cerita yang bisa membuatnya keluar dari desa tersebut dan menemukan kehidupan layaknya seorang princess, keinginan tersebut bukan semata tanpa alasan karena hubungannya dengan ibu tiri serta saudaranya sedang tidak baik-baik saja, maka ia memutuskan untuk pergi dan menemukan tempat tersebut. Namun ketika ingin meninggalkan desa, Agatha tidak begitu saja membiarkan sahabatnya, mendatangi tempat asing dan berbahaya. Ditengah pertengkaran mereka, ada seekor burung besar yang melintas, lalu mereka di bawa oleh burung tersebut yang dipanggil oleh Sophie melalui surat yang ia tulis.

Mereka dibawa ke sebuah sekolah, tetapi sesampainya di sana ternyata mereka dipisahkan, Sophie berada di kelas jahat sedangkan Agatha berada di kelas baik. Hingga masalah baru membuat Sophie terpengaruh dengan kekuatan jahat yang direncanakan oleh seseorang yaitu Rafal yang menginginkan Sophie untuk mewujudkan impiannya menguasai sekolah sihir. Agatha pun tidak tinggal diam, ia mencari cara agar bisa menyelamatkan Sophie.


Di pertengahan cerita, banyak banget scene yang sangat luar biasa. Klimaks yang disajikan membuat gue ingin terus menonton hingga akhir. Tapi menurut gue ketika sudah mendekati ending, ada beberapa hal yang masih menggantung, mulai dari anak panah yang melesat ke pohon yang bertuliskan pesan serta perjalanan Sophie dan Agatha yang masih memiliki kekuatan sihir. Memang di akhir cerita pun ada satu narasi yang mengatakan bahwa kisah ini adalah permulaan, so gue pun cukup excited untuk menunggu kelanjutan dari kisah mereka.

Untuk film dengan durasi 2 jam 27 menit ini sangat keren banget, cukup untuk memuaskan kerinduan gue karena masih belum bisa move on dari film-film epik bergenre fantasi. Rekomendasi yang berhasil menurut gue, film ini akan masuk ke daftar list re-watch yang akan gue tonton terus.

Mungkin sampai di sini ShareYuk yang bisa gue bagikan kepada kalian, semoga bahasa gue bisa dimengerti, review gue bisa diterima dan juga rekomendasi film yang gue tulis bisa menjadi tontonan yang menarik untuk kalian. Terima kasih sudah mau meluangkan waktunya mampir di blog gue dan sampai jumpa di episode ShareYuk selanjutnya, bye...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wibu & K-Pop??

Wibu :) × K-Pop :D Welcome back to tulisan random, entah udah berapa banyak bacotan gue yang sungguh tidak berfaedah sama sekali :D tapi ya tapi..., gue harap ada beberapa tulisan yang bisa dijadikan motivasi yakss... Hari ini gue pengen share satu hal yang menurut gue pribadi, gak terlalu serius tapi bisa jadi serius sih...  (sejak kapan gue bisa serius)  Sebelumnya gue pernah bahas topik ini di salah satu platform media tulisan yang menjadi korban kerandoman gue. Dan di sana kalian bisa melihat sejarah, (apasih, sumpeh gaje banget gue) kenapa gue bisa masuk ke dunia fantasi yang menurut "sebagian orang" itu sesuatu yang abnormal, yang dibilang tukang "nge-halu" akan suatu hal yang tidak akan pernah bisa digapai.  (Kalo bisa digapai mah, gue bakal viral dong).   Baiklah gaes, tanpa berbasa-basi yang nantinya mengundang perdebatan sengit. Sebelum itu disclaimer dulu yee, gue cuma mau meluapkan aja, apa yang menjadi keresahan gue tentang stigma "Wibu &

Jangan lupa bahagia, seriusan ini cuy!

Beberapa bulan belakangan ini gue sering banget mendengar omongan-omongan yang bikin down , entah itu tentang pekerjaan, lifestyle bahkan kehidupan pribadi gue yang penuh dengan tanda tanya.  Jadi begini temen-temen, kadang menerima saran dari orang tuh ada baiknya. Gue salah satu orang yang sering banget mendapatkan saran karena menurut gue kita perlu loh menanyakan hal yang gak bisa kita kelola sendiri, but sometimes people change. Termasuk diri gue sendiri.  Manusia gampang berubah, hal tersebut bukan sesuatu yang baru. Ada yang berubah kearah yang lebih baik, ada pula kearah yang buruk. Ada yang berubah karena kesadaran sendiri. Ada yang terpengaruh keadaan sekitar. Perubahan bisa terjadi secara drastis dan begitu cepat namun ada juga yang berubah secara perlahan. Kadang perubahan ini yang dapat mendatangkan kebahagiaan atau justru kesedihan. Tapi entah kenapa gue setuju dengan lagu dari album Indigo-RM judulnya "change pt 2" "Things change, people change Everythin

Menulis jadi tempat pelampiasan terbaik saat overthinking

Orang lagi mumet kok disuruh nulis? Bukannya malah makin menguras tenaga, biar otak cepat pulih kalo diajak aktivitas. Menurut gue, justru dari namanya aja udah "overthinking" , berarti kelebihan beban pikiran. Terus ketika sedang berlebihan, berarti harus dikurangi toh. Caranya dengan menyalurkan pikiran atau emosi yang menumpuk ke suatu tempat lain. Beberapa orang senang menyalurkan "bebannya" walau untuk sementara ke berbagai kegiatan fisik seperti olahraga. Ada juga yang menyalurkannya ke hobi-hobi tertentu yang membuat hormon kebahagiaan meningkat sehingga rasa cemas dan pikiran berlebihan bisa lepas, entah efeknya sementara, jangka panjang atau hilang sama sekali. Tapi bukan berarti masalahnya yang hilang sih, kadang menyalurkan beban pikiran ke berbagai kegiatan bisa jadi kita mendapatkan hal baru untuk membantu kita menyelesaikan suatu masalah.  Untuk gue pribadi overthinking bisa disalurkan ke hobi gue yang kebetulan berhubungan dengan alam. Mulai dari na