Langsung ke konten utama

Hari pertama "Kelas Literasi Feminis"

Kini belajar tidak hanya perihal di sekolah atau perguruan tinggi, layaknya mendapatkan ilmu kita bisa menggunakan media sosial sebagai tempat untuk menyaring ilmu dan tentunya harus dibersamai oleh sumber yang dapat dipercaya, maka gue selalu mencari dari berbagai sumber untuk mendapatkan hasil yang memuaskan agar ilmu itu bisa bermanfaat dan dibagikan kembali untuk teman-teman yang sedang mencari informasi juga. Bicara tentang informasi, Minggu lalu gue membahas bagaimana sih gue bisa bertemu dengan "Kelas Literasi Feminis" bukan hal yang mudah untuk sampai ketitik ini, gue sendiri membutuhkan sekian kali scrolling hingga tertuju pada satu titik di Kelas Literasi Feminis. Mendapatkan kesempatan untuk belajar bersama, tentu menjadi hal yang baru apalagi di masa pandemi ini kita harus di rumah saja, akan sangat terbatas untuk mengeksplore kegiatan yang sudah kita rencanakan, salah satunya mendapatkan informasi, biasanya kita bisa keluar rumah untuk ke toko buku, perpustakaan atau juga bertemu dengan teman-teman yang lain untuk bertukar informasi, namun pandemi menjadi semakin memperkecil kesempatan itu, tapi bukan berarti kita tidak bisa, kita hanya perlu kebiasaan baru untuk mempelajari hal-hal baru juga, seperti belajar dirumah, bekerja dari rumah hingga melakukan aktivitas dirumah saja. Nah belajar kali ini pun gue harus melakukannya dirumah, dengan ditemani ponsel dan juga buku, gue bersama temen-temen dari berbagai kota bertemu di satu ruangan zoom, kegiatan Kelas Literasi Feminis, 25 November 2021 dimulai.

Perkenalan menjadi metode awal untuk memulai berbagai aktivitas, awalnya gue kira akan seperti di sekolah, harus dipanggil sesuai abjad gitu, tapi ada yang unik kali ini, kita memulai perkenalan dari Bulan kelahiran karena bertepatan di Bulan November maka gue mengacungkan diri untuk melakukan perkenalan yang sangat keren banget sih, kita ditanya tentang keberagaman budaya yang pernah terjadi dikehidupan kita, keberagaman yang baik dan tidak baik, karena ini merupakan ruang aman, gue dengan yakin mulai berbicara serta berbagi dengan yang lain, kami memulai hari pertama dengan melakukan perkenalkan yang luar biasa.

Karena cukup banyak yang ikut sekitar 30 orang dan juga beberapa panitia yang berada di ruang zoom maka sesi perkenalan dan juga membahas tentang peraturan diskusi yang akan kami sepakati itu berjalan hingga pukul 3 sore, tapi di jam 12.20 WIB kami dipersilahkan istirahat, melakukan ibadah solat dan juga makan siang kemudian memulai kembali sesi perkenalan tersebut.

Hari pertama ini kesannya sangat memuaskan banget dan juga luar biasa untuk berkenalan dengan orang-orang dari kota yang berbeda, tentu dengan logat bahasa yang berbeda, kepribadian sampai perspektif yang berbeda. Ternyata banyak banget pengalaman dari mereka yang berbicara tentang keberagaman yang menyudutkan dirinya dan juga kelompok minoritas, tanpa sadar gue pun mulai melihat ternyata minoritas menjadi hal yang mengintimidasi bagi sebagian kelompok yang tidak bisa melakukan aktivitasnya dengan terbuka sampai mereka harus menutupi diri hingga keberagaman mereka tidak bisa ditampakkan, namun disini kami sangat terbuka untuk saling menghargai perbedaan, kami diajarkan untuk saling berbagi perbedaan, menerima perbedaan dan merasakan perbedaan tersebut. Hal baru dan hal baru lagi yang gue dapatkan, belum pernah gue diajarkan tentang memahami perasaan minoritas, karena hidup gue cukup baik dari segi Agama dan juga suku karena sebagai mayoritas gue tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh minoritas, kini perasaan itu tumbuh dalam pertemuan pertama ini, gue sangat bersyukur bisa memahami perbedaan yang seharusnya gue dapatkan sejak kecil, tapi menurut gue tidak ada yang namanya terlambat untuk belajar, buktinya gue bisa di ruangan ini bersama mereka, bersama-sama belajar tentang keberagaman dan juga feminisme.

Kita bisa menciptakan ruang untuk belajar yang baik jika kita mencari lingkungan yang baik, tapi mencari tanpa menyaring pun akan percuma jadi untuk teman-teman yang sedang membaca blog ini, gue harap bisa terus belajar dan menyaring informasi yang baik agar bisa dibagikan kembali untuk yang lain.

Terima kasih teman-teman sudah membaca, akan ada kelanjutan dari kegiatan Kelas Literasi Feminis ini yang gue dapatkan selama 6 hari, jadi pantengin terus blog gue untuk berbagai pengalaman yang luar biasa. Sampai jumpa...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wibu & K-Pop??

Wibu :) × K-Pop :D Welcome back to tulisan random, entah udah berapa banyak bacotan gue yang sungguh tidak berfaedah sama sekali :D tapi ya tapi..., gue harap ada beberapa tulisan yang bisa dijadikan motivasi yakss... Hari ini gue pengen share satu hal yang menurut gue pribadi, gak terlalu serius tapi bisa jadi serius sih...  (sejak kapan gue bisa serius)  Sebelumnya gue pernah bahas topik ini di salah satu platform media tulisan yang menjadi korban kerandoman gue. Dan di sana kalian bisa melihat sejarah, (apasih, sumpeh gaje banget gue) kenapa gue bisa masuk ke dunia fantasi yang menurut "sebagian orang" itu sesuatu yang abnormal, yang dibilang tukang "nge-halu" akan suatu hal yang tidak akan pernah bisa digapai.  (Kalo bisa digapai mah, gue bakal viral dong).   Baiklah gaes, tanpa berbasa-basi yang nantinya mengundang perdebatan sengit. Sebelum itu disclaimer dulu yee, gue cuma mau meluapkan aja, apa yang menjadi keresahan gue tentang stigma "Wibu &

Jangan lupa bahagia, seriusan ini cuy!

Beberapa bulan belakangan ini gue sering banget mendengar omongan-omongan yang bikin down , entah itu tentang pekerjaan, lifestyle bahkan kehidupan pribadi gue yang penuh dengan tanda tanya.  Jadi begini temen-temen, kadang menerima saran dari orang tuh ada baiknya. Gue salah satu orang yang sering banget mendapatkan saran karena menurut gue kita perlu loh menanyakan hal yang gak bisa kita kelola sendiri, but sometimes people change. Termasuk diri gue sendiri.  Manusia gampang berubah, hal tersebut bukan sesuatu yang baru. Ada yang berubah kearah yang lebih baik, ada pula kearah yang buruk. Ada yang berubah karena kesadaran sendiri. Ada yang terpengaruh keadaan sekitar. Perubahan bisa terjadi secara drastis dan begitu cepat namun ada juga yang berubah secara perlahan. Kadang perubahan ini yang dapat mendatangkan kebahagiaan atau justru kesedihan. Tapi entah kenapa gue setuju dengan lagu dari album Indigo-RM judulnya "change pt 2" "Things change, people change Everythin

Menulis jadi tempat pelampiasan terbaik saat overthinking

Orang lagi mumet kok disuruh nulis? Bukannya malah makin menguras tenaga, biar otak cepat pulih kalo diajak aktivitas. Menurut gue, justru dari namanya aja udah "overthinking" , berarti kelebihan beban pikiran. Terus ketika sedang berlebihan, berarti harus dikurangi toh. Caranya dengan menyalurkan pikiran atau emosi yang menumpuk ke suatu tempat lain. Beberapa orang senang menyalurkan "bebannya" walau untuk sementara ke berbagai kegiatan fisik seperti olahraga. Ada juga yang menyalurkannya ke hobi-hobi tertentu yang membuat hormon kebahagiaan meningkat sehingga rasa cemas dan pikiran berlebihan bisa lepas, entah efeknya sementara, jangka panjang atau hilang sama sekali. Tapi bukan berarti masalahnya yang hilang sih, kadang menyalurkan beban pikiran ke berbagai kegiatan bisa jadi kita mendapatkan hal baru untuk membantu kita menyelesaikan suatu masalah.  Untuk gue pribadi overthinking bisa disalurkan ke hobi gue yang kebetulan berhubungan dengan alam. Mulai dari na